Di lapangan diri, saya berpesan pada hati. Andai satu masa takdir menemukan si dia dengan hati saya, belajarlah untuk terima segalanya. Belajar untuk terima suratan dalam kepastian. Harus selalu muhasabah tika dilanda musibah. Harus kembali ke dalam diri perbetulkan yang tidak pasti. Harus pasrah di saat jiwa memikul lara. Harus percaya pada suratan bukan kebetulan. Saya amat pasti, itulah realiti sepi. Datangnya bukan dipinta perginya bukan dipaksa.
Merenung tabir semalam, banyak yang saya pelajari. Dan tak mungkin saya lupakan. Cukuplah dengan apa yang pernah saya lalui. Cukuplah dengan apa yang saya rasai. Segalanya pasti pergi jua, walaupun masih tertinggal parut lama.
Saya tidak pernah mencari si dia yang sempurna di mata insan. Tapi cukuplah sekadar ia dekat dengan penciptaNya. Cukuplah sekadar ia melengkap tiang agama. Cukuplah sekadar ia mampu memimpin jemari saya menuju ke syurga. Saya akui, Allah tidak jadikan tiap-tiap insan itu sempurna. Namun, andai ada si dia yang mahu menghantar saya ke jurang sana, maafkan saya. Sungguh saya tidak berdaya.
Saya benar-benar berserah padaNya untuk segalanya. Andai saya tidak sempurna di matanya, belajarlah untuk terima saya seadanya.
